Sumber gbr. : pixabay.com/kaboompics |
Adakah manusia yang tak ingin mati? Hm, ada, umumnya manusia memang takut mati, kan? Kalau bahasa agamanya, manusia itu umumnya cinta dunia dan takut mati. Saya yakin, kalau pembaca juga pasti takut mati, kan? Ngaku ayo..., ngaku....
Ketakutan akan kematian membuat manusia ingin memiliki umur yang panjang, ratusan bahkan kalau boleh ribuan tahun. Sehingga angan-angan hidup ratusan tahun di dunia, dirasa merupakan sebuah berkah yang amat diharapkan. Namun, ternyata hidup ratusan tahun tak seindah yang dibayangkan. Penuh kehampaan, penderitaan, dan lain-lain, pokoknya tak seindah yang dibayangkan, deh. Bahkan saking bosannya karena sudah hidup ratusan tahun, sampai-sampai ingin rasanya mencari kematian. Hm, setidaknya itu yang bisa saya simpulkan dari hidupnya si Kim Shin dalam Drakor “Goblin”.
“Ketika suatu keinginan kuat berdiam dalam berbagai hal yang disentuh oleh jiwa yang fana, maka berbagai hal tersebut menjadi Goblin. Sebuah pedang berlumuran darah akibat pertempuran yang tak terhitung jumlahnya, telah tersihir dengan keinginan kuat bersama darah sang pemiliknya. Hanya pengantin dari Goblin lah yang akan mampu menarik pedang tersebut. Setelah ditarik, kau akan menjadi abu, dan beristirahat dalam damai.”
Kalau saat membaca kutipan itu, kamu membayangkan kupu-kupu yang terbang di rerumputan tanah lapang, pasti kamu pernah nonton Goblin, kan? Ceritanya kok halu buanget, hidup ratusan tahun hanya untuk mencari pasangan yang bisa menarik pedang di dadanya. Lebih halu-nya lagi, kok pas pedang ditarik dari dada si Goblin, maka dirinya akan lenyap. Hadeh, itu mah namanya bukan mencari cinta, tapi malah cari mati.
Namun si Goblin kan emang cita-citanya mau mati. Hadeh, orang lain nggak mau mati, nih orang kok ya malah mau mati. Maklum lah, dia belum ketemu perempuan yang dia cintai. Dan emang sih hidup tanpa cinta itu hampa. Makanya pas ketemu pasangan yang bisa narik pedang di dadanya, si Goblin malah nggak mau mati, maklum lah sudah jatuh cinta.
Hidup ratusan tahun, punya harta berlimpah, emas hanya tinggal sim-salabim saja, wah itu pasti hidup yang bahagia buanget. Namun, si Goblin malah nggak bahagia, hidupnya malah hampa. Tau nggak kenapa? Ya, karena Goblin tak hidup bersama orang yang dicintainya. Jadi, itu artinya harta benda, atau apa pun yang ada di dunia ini tak bisa mengganti pasangan yang kita cintai. Pasangan–orang yang dicintai–adalah harta yang paling berharga, bahkan lebih berharga daripada hidup itu sendiri. Wah, yang bucin menang buanyaak, nih. Eh, eh, yang perempuan jangan gampang di-gombalin, ya.
“Ah, tapi itu kan hanya dalam drama saja!” Oh, nantangin, ya. Baik saya kasih contoh dari kisah agama.
Konon, saat Adam as baru diciptakan, dan menjalani hidupnya di surga, Nabi Adam as hidupnya rasanya hampa buanget. Sebab melihat kok hewan-hewan pada berpasangan, tapi Nabi Adam as tak punya pasangan. Bayangin deh, kurang apa coba di surga, namun Nabi Adam as merasa hampa, sebab tak punya pasangan.
Pas Nabi Adam as terbangun dari tidurnya. Eh, tiba-tiba sudah ada Ibunda Hawa–perempuan yang Tuhan ciptakan untuknya–di sampingnya. Wah, langsung deh Nabi Adam as sudah tak merasa hampa lagi, dan surga pun benar-benar terasa indah.
Jadi, dalam kisah ini kita pun tahu bahwa pasangan itu adalah harta yang paling berharga. Dunia ini terasa indah–tak hampa–karena adanya cinta.
Ada yang bilang gini, “Kamu itu separuh hidupku.” Uwekkk, saya mah ingin muntah dengarnya. Sebab kalau beneran cinta maka bukan separuh hidup dong, namun sepenuh hidup. Wah, bucin menang lagi, nih. Sekali lagi perempuan jangan gampang di-gombalin, ya.
Jika ada orang yang kita cintai, maka jagalah. Jangan dirusak dan jangan dimainin kayak mainan di pasaran. Sebab kalau hanya dirusak dan dimainin, itu mah namanya bukan cinta, tapi nafsu. Jagalah pasangan yang dicintai sebaik mungkin, sebab pasangan itu adalah “sepenuh hidup”.
Cinta adalah anugrah Tuhan yang paling besar. Tuhan juga menciptakan dunia ini dengan cinta. Maka jagalah ikatan cinta–pasangan–jangan dirusak hanya dengan godaan-godaan duniawi atau nafsu sesaat. Sebab pasangan yang Tuhan anugrahkan untuk kita, adalah sama dengan hidup itu sendiri. Hidup bakal hampa, jika tanpa pasangan yang kita cintai.